ASA YANG MASIH TERTUNDA PADA CQ 160 CW 2018 – SEBUAH CERITA PENDEK

Go to English Version

Ada yang berbeda pada CQ 160 Contest untuk tahun 2018 ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya bagi Tim Bekasi. Untuk pertama kalinya Tim Kontes Bekasi yang turun dengan YE1K, mencoba untuk QRV di lokasi baru selain Gunung Malang sebagaimana kontes yang sama pada beberapa tahun terakhir. Beberapa pertimbangan antara lain biaya operasional, alur perizinan dengan instansi terkait yang menempati lahan di Gunung Malang, serta beberapa faktor teknis lain yang mungkin bisa menjadi pembeda dari sisi noise level adalah beberapa pertimbangan yang diambil oleh tim ini.

Tempat instalasi antenna

Lokasi Baru di Griya Siliwangi

23 Desember 2017

Survei awal dilakukan oleh Tim Kecil yang terdiri dari YB1EME-Budi, YB1NWP-Nyoman, YC1MR-Kasmuri, YF1DO-Danu, YD1DGZ-Hendar, dan YD1IUK-Hendri ke lokasi yang berketinggian 1010 MDPL di daerah Jonggol, dengan koordinat lokasi 6o38’04.01″ LS  dan  107o02’03.92″ BT.

Griya Siliwangi

Gerbang Masuk Griya Siliwangi

Survey 1

Kiri ke kanan : YC1MR, YD1DGZ, dan YF1DO sedang berdiskusi  di lokasi survey

YF1DO Survey

YF1DO dengan latar belakang Gunung Batu di arah utara

Gunung Batu

Gunung Batu

03 Januari 2018

Hasil survei ini kemudian didiskusikan oleh seluruh anggota tim di kediaman YD1JZ-Joz, yang dihadiri oleh hampir semua anggota Tim Kontes Bekasi antara lain YB1CF-Yoyon, YF1DO-Danu, YB1NWP-Nyoman, YD1IUK-Hendri, YB1EME-Budi, YD1DGZ-Hendar, YD1OLG-Sutrisno, YD1DOQ-Oki, YC1ME-Mawan, YD1ARM-Aris, YC1MR-Kasmuri, YD1ORZ-Rizal, dan tentunya tuan rumah YD1JZ-Joz beserta XYL YD1LUX-Nana (Hanya YB1KAR-Heri dan YC1KAF-Terry yang berhalangan hadir karena urusan pekerjaan).

Topik yang didiskusikan antara lain :

  • Presentasi hasil survei yang dibawakan oleh YB1EME dan YF1DO
  • Musyawarah oleh tim untuk menentukan apakah kontes akan dilakukan di Gunung Malang seperti biasanya ataukah di tempat baru ini yang tim menyebutnya sebagai GS (kepanjangan dari Griya Siliwangi, property milik H. Anwar)
  • Persiapan teknis yang diperlukan untuk kontes
Rapat Persiapan 2018CQ160

Diskusi Persiapan Kontes di Kediaman YD1JZ dan YD1LUX

Yang menjadi bahan diskusi paling hangat adalah mengenai kendala yang bakal dihadapi jika kontes dilakukan di GS. Dari informasi yang disampaikan oleh Budi dan Danu, lokasi baru ini “mungkin” cukup menjanjikan jika ditinjau dari sudut pandang noise level dibandingkan dengan Gunung Malang serta alur perizinan yang lebih mudah.

Suatu paparan yang sebenarnya lebih ke hasil analisa mereka secara kualitatif mengingat tempatnya di daerah pelosok dan jauh dari sumber noise. Danu juga menyampaikan bahwa jalan menuju lokasi masih merupakan jalan tanah berbatu yang cukup terjal dan licin saat hujan, bahkan ada 3 tanjakan curam yang harus dilalui yang dengan kondisi licin tidak bisa dilewati oleh kendaraan biasa, melainkan harus dengan kendaraan berpenggerak 4 roda (Four Wheel Drive). Bahkan saat survei, SUV yang dikendarai oleh YB1EME (Non 4WD) sempat mengalami slip.

Tidak hanya dari sisi akses, utilitas sumber tenaga juga menjadi perhatian khusus mengingat suplai listrik dari jaringan di sana masih minim dan memang hanya diperuntukkan untuk penerangan saja, sehingga portable genset adalah perlengkapan yang mutlak harus dibawa oleh tim untuk mendukung operasional.

Singkat cerita, setelah melalui serangkaian diskusi dan perdebatan yang panjang antar anggota tim, akhirnya diputuskanlah secara mufakat untuk mencoba GS sebagai tempat kontes kali ini. Keputusan itu tentu saja dibarengi dengan beberapa konsekuensi di sisi persiapan yang harus dipenuhi jauh-jauh hari sebelum kontes dilakukan.
Bagaimana dengan perizinan untuk penggunaan fasilitas? Inilah yang dikatakan “relatif lebih tidak berbelit” alur perizinannya dibandingkan dengan lokasi di Gunung Malang. Griya Siliwangi kebetulan adalah properti milik salah seorang anggota ORARI Lokal Bekasi, YD1FSL-H. Anwar. Setelah rapat di kediaman YD1JZ, keesokan harinya YB1CF-Yoyon dan YD1JZ-Joz meluangkan waktu untuk berkunjung ke kediaman YD1FSL-H. Anwar di Bekasi dan mengutarakan maksud serta tujuan tim untuk menggunakan fasilitas tersebut selama kontes CQ 160 berlangsung. Dari hasil diskusi tersebut, sesuai dengan harapan seluruh anggota Tim, H. Anwar sangat mensupport kegiatan ini dan mempersilahkan anggota tim untuk memanfaatkan fasilitas tersebut tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeser pun. Suatu berkah tak ternilai tentunya bagi Tim Kontes Bekasi.

Berkaca pada pengalaman kurang menyenangkan pada kontes yang sama di tahun sebelumnya (baca CQ 160 CW 2017 – FIRST COMEBACK ON TOP BAND), di mana YE1K mengalami banyak masalah dengan transceiver dan linear saat di Gunung Malang yang menyebabkan downtime selama beberapa jam untuk perbaikan dan pengambilan alat pengganti dari Bekasi, sehingga hilanglah kesempatan untuk meraih beberapa poin QSO, pada persiapan kontes kali ini contingency plan dilakukan dengan menyiapkan backup untuk setiap peralatan antara lain :
• 2 Genset : Genset utama dan backup
• 2 Linear Amplifier : Emtron (utama), dan sebagai backup adalah Tokyo HyPower
• 2 Antenna Tuner : Palstar AT2K dan MFJ
• 2 Transceiver : Elecraft K3 (main), untuk backup juga digunakan Elecraft K3
• 4 DC Power Supply
• 2 CW Paddle
• RX dan TX Antenna dengan backup berupa beberapa rol kabel
• Beberapa rol kabel coaxial untuk backup selain coaxial utama

Melihat persiapan teknis yang dilakukan oleh YE1K, mungkin bagi yang tidak tahu akan berpikir bahwa tim ini terlalu berlebihan dengan backup yang berlapis dan terkesan terlalu banyak. Namun pemikiran semua anggota tim tidaklah demikian, dan jika melihat pengalaman pada tahun 2017, siapapun yang beranggapan bahwa contingency plan ini berlebihan, pasti akan memahami alasan di balik keseriusan ini. Satu hal lagi, lokasi kontes adalah daerah terpencil yang cukup jauh dari kota sehingga pentingnya backup adalah salah satu yang menjadi prioritas.

Tim Bekasi memang selalu serius dalam setiap persiapan menjelang kontes yang sudah diputuskan untuk diikuti. Dan tim ini tidak pernah mengikuti kontes tanpa suatu target. Selalu ada target dalam setiap kontes yang diikuti oleh YE1K, khususnya pada mode CW, mengingat semua operator di YE1K adalah Operator CW sehingga tradisi untuk selalu mempersiapkan segala sesuatu sebelum kontes secara serius selalu dilakukan pada kontes dengan mode CW. Karakter Tim Kontes Bekasi memang salah satu yang unik, tim ini akan memutuskan untuk “lebih baik tidak berpartisipasi kontes” jika persiapan dirasa kurang dan tidak ada target yang perlu dicapai. Apakah keseriusan dalam persiapan ini menandakan bahwa tim kurang bisa menikmati kontes sebagai sesuatu yang fun dan layak dinikmati ? Apakah keseriusan ini akan berdampak pada penyesalan anggota tim saat target yang dicanangkan gagal tercapai ? Jawabannya adalah tidak. Tim ini sudah memiliki karakter, kesenangan yang dinikmati oleh anggotanya justru terletak pada saat perencanaan dan eksekusi. Dan tim ini juga sering membawa hasil yang tidak sesuai harapan di akhir kontes, namun Tim Kontes Bekasi tetap berbesar hati dengan apa yang diraih, karena semua anggota tim justru menikmati bagian prosesnya, bukan hasil akhirnya.

Dalam tiap kontes CW, Tim Bekasi selalu berusaha untuk melakukan optimasi terhadap semua resources termasuk hardware, software, dan contest rules. Namun ada 1 hal yang selalu tetap menjadi “pantangan” bagi tim ini, yaitu penggunaan CW Skimmer atau jenis morse decoder lain apapun, termasuk fitur CW reader yang juga bisa diaktifkan di N1MM, meskipun hal ini adalah sesuatu yang sah dan diperkenankan dalam suatu kontes. Bukankah penggunaan CW Skimmer akan membantu? Memang benar, namun hal yang selalu menjadi pegangan bagi Tim Bekasi adalah bahwa telinga manusia tetaplah Morse Decoder terbaik, adanya “kemungkinan” beberapa kesalahan yang terjadi dalam proses decoding menggunakan telinga, itulah salah satu bagian yang justru menjadi nilai fun bagi tim ini. Sekali lagi, pantangan ini hanyalah “adat” internal tim yang tidak tertulis, dan tentunya hanya berlaku pada tim ini. Tiap station punya contesting style yang berbeda dan “adat” yang berbeda pula, oleh sebab itu Tim Bekasi pun tidak pernah mempermasalahkan “adat” station lain yang bisa jadi berbeda. Selama itu masih dalam koridor rules compliance, dan saling respek antar partisipan khususnya di YB Land tetap dijaga, atmosfir kemajemukan inilah yang akan memberikan warna tersendiri pada dunia contesting di YB Land.

Beberapa kebiasaan unik di atas itulah terkait persiapan, contesting style, dan sebagainya yang menyebabkan tim ini memiliki karakter yang unik.

Kembali ke masalah target untuk CQ 160 kali ini, 323 QSO tetaplah menjadi target bagi tim. Suatu target yang sama pada tahun lalu dan masih gagal dipenuhi, akan dicoba lagi untuk diusahakan pada CQ 160 – 2018 pada Mode CW.

24 Januari 2018

Tepat pada siang hari pukul 13.00 WIB, rombongan pertama berangkat dari kediaman YC1MR-Kasmuri. Rombongan pertama ini terdiri dari 2 kendaraan, yaitu 1 kendaraan pick up yang mengangkut semua perlengkapan outdoor dan genset berikut 2 personnel yaitu YC1MR-Kasmuri dan YD1OLG-Sutrisno di belakang kemudi, kendaraan berikutnya adalah kendaraan penumpang dengan personnel di dalamnya YC1ME-Mawan, YD1DGZ-Hendar, dan YD1DOQ-Oki. Sebagian perlengkapan indoor untuk station juga dibawa oleh kendaraan penumpang yang dikemudikan oleh Mawan tersebut.

Sekitar pukul 15.00 WIB, rombongan kedua berangkat dan hanya terdiri dari 1 kendaraan dengan 2 personnel di dalamnya yaitu YF1DO-Danu di belakang kemudi dan ditemani oleh YB1CF-Yoyon. Kendaraan yang dikemudikan oleh Danu ini mangangkut sebagian besar perlengkapan indoor sehingga benar-benar hanya menyisakan 2 slot untuk penumpang termasuk pengemudi.

Setelah sempat beristirahat makan, sholat, dan belanja kebutuhan logistik di salah satu pasar yang dilalui, tibalah rombongan pertama pada jam 18.00 di perkampungan terakhir sebelum harus melakukan perjalanan menanjak ke puncak bukit sekitar 3 km lagi. Sambil menunggu rombongan ke-2 tiba, rombongan pertama ini memutuskan untuk beristirahat dan menunaikan ibadah sholat maghrib.

Rombongan Pertama

YC1MR, YD1DOQ, YD1DGZ, YD1OLG sedang beristirahat di sebuah kedai kopi

Sesudah itu, saat beristirahat di warung kopi terdekat, rombongan pertama ini mendapatkan kabar melalui radio (karena signal HP sudah tidak ada) bahwa rombongan ke-2 salah mengambil jalur dan tersesat ke jalan buntu. Kondisi sudah sangat gelap dan penerangan tidak ada lagi karena rombongan ke-2 memang sudah memasuki jalur pegunungan, akhirnya rombongan pertama terus memantau jalur yang dilalui oleh rombongan ke-2. YD1DOQ-Oki yang relatif lebih paham daerah tersebut di antara semua personnel pada rombongan pertama terus berusaha memandu melalui radio dan kurang lebih pada pukul 20.00 tibalah rombongan ke-2 dengan selamat.

Setelah istirahat makan, tim kembali berdiskusi untuk mengambil keputusan yang sangat sulit, karena masalah pada malam itu belum berakhir. Hanya 3 km jarak yang tersisa menuju ke tempat tujuan yaitu Griya Siliwangi (GS). Namun justru di situlah jalur yang terberat. Cuaca gerimis saat itu dan sudah jelas jalanan tanah berbatu kali yang terjal dan mendaki, akan memberikan masalah baru bagi kendaraan tim yang memang bukan merupakan kendaraan offroad. Komunikasi sempat dilakukan dengan rekan dari Lokal Bekasi yaitu Odoy, yang menguasai medan tersebut, untuk meminta saran. Odoy langsung memberikan masukan agar tim menunda untuk naik ke atas sampai dia datang dengan kendaraan bantuan keesokan harinya. Odoy berpendapat bahwa dengan kondisi seperti itu, hanya kendaraan pickup kami yang kemungkinan akan bisa sampai atas.

Mungkin karena sudah lelah dan juga kehujanan, tim memutuskan semua kendaraan akan mencoba naik. Sebuah keputusan yang terbilang nekat bahkan setelah mendengar semua saran dari seseorang yang sangat berpengalaman di medan itu, yaitu Odoy. Berangkatlah semua rombongan secara konvoi didahului oleh Kendaraan-1 pickup yang dikemudikan oleh YD1OLG, kendaraan-2 yang dikemudikan oleh YF1DO, dan kendaraan ke-3 yang dikemudikan oleh YC1ME. Jarak antar kendaraan tetap dijaga untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk saat melalui tanjakan dan juga kondisi penerangan yang tidak ada sama sekali kecuali dari lampu kendaraan rombongan.

Menjelang tanjakan pertama, kendaraan pertama yaitu truk pick up berusaha naik dan mengalami slip di tanjakan meski akhirnya berhasil naik dengan tingkat resiko yang sangat tinggi mengingat sisi kanan adalah jurang. Apa yang telah terjadi pada kendaraan-1, tentunya terlihat jelas oleh kendaraan-2 dan ini sudah merupakan suatu pukulan mental yang sangat telak, dan tidak lama sesudah itu, kendaraan ke-2 juga mengalami slip justru sebelum mencapai tanjakan.

Melihat apa yang sudah dialami, YB1CF-Yoyon yang berada di kendaraan-2 langsung mengontak kendaraan-3 via radio agar segera berhenti dan tidak berusaha untuk maju. Selanjutnya menyarankan untuk mundur. Di sinilah awal masalah yang akhirnya dialami kendaraan-3. Dengan kondisi gelap, jalan benar-benar becek serta dipenuhi batu-batu kali yang licin, ditambah suasana hujan, kendaraan-3 akhirnya salah mengambil jalur dan slip sebelum akhirnya kandas karena batu2 terjal. Butuh waktu lama untuk kendaraan-3 sampai akhirnya bisa terbebas dan mundur, itupun setelah Yoyon dan Hendar turun dari mobil berhujan ria dan memandu dengan bantuan senter. Setelah pada akhirnya baik kendaraan-2 dan kendaraan-3 terbebas dan bisa balik arah ke perkampungan, kemudian kendaraan tersebut dititipkan ke rumah warga kampung. Semua personnel dari kendaraan ke-2 dan ke-3 turun. Mereka sudah lelah dan secara mental sebenarnya sudah sempat down melihat medan yang berat dan gagal dilalui. Semua hanya bisa terdiam, jangankan berpikir tentang kontes, berpikir untuk bisa sampai ke tempat tujuan saja sangat berat.

Sampai akhirnya, kabar didapat dari Tim Pertama yang sudah sampai tujuan dan memberikan informasi bahwa mereka sedang turun untuk menjemput dengan ditemani oleh Pak Wawan penjaga GS. Singkat cerita, tibalah mobil pick up menjemput rombongan di bawah dan mereka semua diangkut ke atas menggunakan mobil pick up tersebut dengan naik di bak belakang. Perjalanan lebih mudah bagi kendaraan pick up dengan beban yang lebih berat, namun bagi kami personnel di belakang benar-benar tersiksa. Badan seperti dilempar-lempar dengan berada di bak belakang saat melewati jalan terjal berbatu dan mendaki curam. Sepanjang jalan kami mengamati beratnya medan tersebut dan sesekali melihat ke sisi kanan yaitu jurang dan semua personnel baik dari kendaraan-2 dan 3 merasa bersyukur sudah mengambil keputusan yg tepat untuk tidak melanjutkan perjalanan dengan kendaraan-2 dan kendaraan-3.

25 Januari 2018

Selepas istirahat dan bangun pagi, yang menjadi rencana tim berikutnya adalah bagaimana agar sesegera mungkin bisa mengangkut sisa peralatan yang masih ada di bawah, termasuk di antaranya adalah mengangkut 8 buah bambu panjang yang sudah dibeli dan dititipkan di rumah penduduk. Bambu ini nantinya akan dirangkai sedemikian rupa untuk dijadikan sebagai pole untuk mensupport antenna TX (dipole).

Kondisi angin yang sangat kencang, hujan, dan hawa dingin menyebabkan praktis tidak ada aktifitas yang bisa dilakukan sama sekali untuk setup antenna. Kondisi ini terus berlangsung sampai siang. Setelah cuaca terang di siang hari, masalah mulai muncul karena jelas bahwa mobil pickup akan kesulitan jika harus turun dan kemudian naik membawa peralatan termasuk bambu panjang dengan kondisi jalan yang jelas makin becek, akhirnya tim melakukan diskusi sampai akhirnya YB1CF-Yoyon memutuskan bahwa tim harus segera melakukan sesuatu untuk setup antenna tanpa harus menunggu kiriman bambu dari bawah. Cara apapun harus segera dilakukan dengan bahan apapun yang bisa dimanfaatkan mengingat cuaca yang sulit ditebak. Setelah berkeliling di seputaran GS, akhirnya tim menemukan tumpukan besi channel yang bisa dirangkai untuk menjadi sebuah pole. Suatu ide yang tidak ada dalam rencana awal, dan muncul karena keadaan terpaksa. Akhirnya dengan bermodalkan tambang dan tali karet dari ban bekas, besi-besi channel sisa bangunan tersebut bisa dirangkai dengan panjang total kurang lebih 12 meter.

Direction_CQ1602018

Relief dari Lokasi Kontes

TX ANTENNA_REV

Ilustrasi Instalasi Antenna TX Relatif Terhadap Ground

Ya, hanya 12 meter untuk mensupport sebuah antenna dipole 160m band. Suatu ketinggian yang sangat tidak ideal bagi 160m band dipole. Namun tim ini tidak kehilangan akal. Menyadari kekurangan ini, tim memilih pohon yang berada di bibir jurang sebelah utara sebagai support, dengan harapan untuk directivity ke arah utara, posisi di bibir jurang akan membantu mengurangi ground loss ke arah utara, suatu keputusan yang bisa dikatakan adalah terbaik saat itu dari semua pilihan yang ada meski secara teori harus dibuktikan melalui simulasi. Tidak ada pilihan lain.

TX Antenna Erection 1

Ereksi Antenna – 1 (YD1OLG, YF1DO, YB1CF, YC1MR)

TX Antenna Erection 3

Ereksi Antenna – 2 (YD1DGZ, YC1ME, YC1MR, YD1OLG, YB1CF)

TX Antenna Erection 2

Ereksi Antenna – 3 (YC1ME, YF1DO, YD1OLG, YD1GGZ, YB1CF, YC1MR)

Setelah pole selesai didirikan dan wire siap untuk dibentang, datanglah bantuan yaitu rombongan yang terdiri dari YD1JZ-Joz dan YD1ORZ-Rizal. Bertambahnya jumlah personil makin memperingan pekerjaan, sehingga proses setup berikut tuning akhirnya bisa diselesaikan dengan baik untuk antenna TX. Cuaca sangat bersahabat di sore hari, dengan bantuan Pak Wawan, RX antenna yaitu beverage bisa digelar juga pada hari yang sama.

Dipole-CQ1602018

Wire Dipole telah Selesai Dibentang

26 Januari 2018

Aktifitas dikonsentrasikan untuk mengambil perangkat indoor yang masih ditinggal di bawah (perkampungan terdekat). Kebetulan juga bantuan kembali datang saat Joz dan Rizal harus kembali lagi ke Bekasi karena suatu urusan. Kali ini Odoy datang dengan membawa kendaraan support berpenggerak 4 roda sehingga proses mobilisasi peralatan dari bawah ke atas pun bisa dilakukan menggunakan mobil pick up yang ditarik menggunakan web sling oleh mobil support tersebut.

Station Setup

Proses Setup Station Sedang Berlangsung

Perangkat untuk station akhirnya selesai di-setup pada malam hari, dan station testing pun dilakukan oleh YC1ME-Mawan mulai pukul 21.00 WIB. Terdapat sedikit kendala di sisi power saat testing yang menyebabkan trafo di dalam linear Emtron berbunyi saat output di-load melebihi 500 watt, ini mengingat power consumption yang dibutuhkan Emtron sangat besar dan tidak mampu dipenuhi oleh genset kecil. Akhirnya selama testing, digunakan linear backup yaitu Tokyo Hypower yang memiliki current drain lebih kecil, namun tetap saja output tidak mampu di-load melebihi 500 watt karena keterbatasan sumber daya dari portable genset yang dibawa. Saat Tim Teknis yang dipimpin oleh Danu berdiskusi untuk mencari jalan keluar agar power bisa di-load melebihi 500 watt, Mawan terus melakukan CQ untuk testing dengan power seadanya. Tercatat 43 station masuk dalam log YC1ME selama testing tersebut, terdiri dari 36 DX station dan 7 Local Station.

27 dan 28 Januari 2018

Tepat pada 27 Januari 2018 pukul 04.30 WIB (atau 26 Januari 2018 pukul 21.30 UTC), sekitar 30 menit sebelum kontes dimulai, saat semua anggota tim masih berisitirahat, terjadilah hal yang tidak diinginkan, seperti biasa, selalu saja ada masalah bagi tim ini meskipun planning apalagi yang terkait dengan contingency sudah terpikirkan dengan matang. Masalah tersebut terkait dengan genset yang mati sehingga menyebabkan semua aliran listrik ke station terhenti. Semua perangkat telah memiliki backup bahkan sampai 2 dan 3, namun hal yang paling fundamental malah terlupakan karena tim ini sudah terlalu lelah akibat banyaknya deviasi rencana kerja yang muncul karena keadaan, yaitu ketersediaan BBM atau bensin cadangan yang harus selalu ada karena operasi menggunakan suplai listrik hanya dari portable genset kecil.

Genset kehabisan bahan bakar di saat yang paling krusial, 30 menit menjelang kontes dimulai, tanpa ada persediaan sama sekali dan belum terbeli di kampung terdekat. Karena keadaan gelap, YC1ME-Mawan segera membangunkan YB1CF-Yoyon untuk menuju ke lokasi genset dan mencari jalan keluar. Tanpa pikir panjang, Yoyon segera mengambil selang dan menuju mobil terdekat sementara Mawan mencari Jerry Can. Mobil Odoy akhirnya “menjadi korban”. Dengan membuka penutup tangki bensin mobil, selanjutnya Yoyon memasukkan selang ke dalam tangki dan merebahkan diri di lantai, lalu menyedot dengan kuat bensin yang ada di dalam tangki mobil menggunakan mulut sampai mulutnya penuh dengan bensin 🙂

Setelah bensin tersedot dan bisa mengalir sendiri karena siphon effect, jerry can diisi seperlunya kurang lebih 5 liter untuk memenuhi kebutuhan genset setidaknya selama 2 jam ke depan sampai bahan bakar bisa dibeli dari perkampungan terdekat. Dan akhirnya genset bisa ON dan station siap kembali hanya beberapa menit sebelum waktu start kontes. Hanya sekitar 2 jam saja QRV di pagi hari pertama sampai propagasi benar-benar menutup, dengan total perolehan sebanyak 15 QSO. Perolehan QSO yang setara dengan 5 liter bensin hasil perjuangan YB1CF untuk melakukan “pencurian” bensin dari tangki mobil Odoy 🙂

Pada siang hari, bala bantuan dari Bekasi datang dengan 2 kendaraan yang terdiri dari YD1JZ-Joz, YD1ORZ-Rizal, dan YD1ARM-Aris yang kembali datang dan kali ini membawa voltage stabilizer untuk linear amplifier, berikutnya adalah rombongan yang terdiri dari YB1EME-Budi, YB1NWP-Nyoman dan YD1IUK-Hendri.

Emtron kembali digunakan sebagai linear dengan bantuan voltage stabilizer, namun tetap masalah bunyi transformer di dalam belum juga hilang tiap kali transmisi dilakukan pada rig karena memang current drain yang dibutuhkan kurang bisa dipenuhi dengan baik hanya dari portable genset kecil . Dengan power sebesar 1 kW sudah dianggap cukup bagi tim meskipun gangguan noise dari bunyi di dalam linear selalu muncul tiap proses transmisi.

Operasi Selama Kontes

Architecture_REV

Arsitektur Hardware yang digunakan pada Station YE1K

Setup equipment untuk station telah dilakukan sedemikian rupa oleh Tim Teknis guna memaksimalkan semua fitur pada perangkat termasuk juga sistem proteksinya. Meskipun pesawat Elecraft K3 yang sudah dilengkapi oleh port untuk antenna TX dan RX secara terpisah, dan input untuk antenna RX sudah diuji pada high power, proteksi tambahan tetap dipasang pada jalur antenna RX ke pesawat guna menghindari hal yang tidak diinginkan pada bagian Front End Receiver pesawat terhadap overload signal ke Receiver mengingat kedekatan antara antenna TX dan RX. Jantung dari alat proteksi ini sebenarnya hanyalah sebuah rangkaian diode dan Gas Discharge Tube (GDT) yang berfungsi mirip seperti fuse jika terjadi overload signal terhadap receiver sehingga kerusakan receiver bisa dihindari. Insertion loss dengan penambahan proteksi ini hanyalah sebesar kurang lebih 0.35 dB. Kita tahu bahwa selisih antar tiap skala S meter dari S1 ke S2, S2 ke S3 dan seterusnya sampai S9 adalah sebesar 6 dB untuk tiap step, maka dengan insertion loss hanya sebesar 0.35 db akibat penambahan proteksi ini, perbedaan tersebut nyaris tidak terasa. Pengujian singkat saat pemasangan sempat dilakukan oleh tim, antara menggunakan proteksi dan tidak. Terbaca noise level dengan antenna RX pada skala S3 tanpa proteksi. Kemudian saat proteksi ini dipasang, noise tetap berada pada S3 yang artinya tidak terjadi pengurangan di sisi RX akibat insertion loss. Sehingga penggunaan alat ini tetap dilanjutkan untuk memberikan proteksi tambahan pada bagian front end receiver dari pesawat.

Rangkaian hardware untuk IQ Panadapter juga dipasang guna memunculkan spectrum scope pada monitor, yang jika dikombinasikan dengan fitur pada logging software (yang digunakan adalah N1MM), akan menjadi fitur yang sangat menunjang untuk perolehan QSO rate yang baik.

CW Paddle tetap dipasang pada perangkat, karena ada kalanya pada kondisi tertentu, komunikasi selama kontes dilakukan dengan manual keying mengunakan CW paddle.
Mode operasi yang digunakan selama kontes untuk diset pada logging software adalah SO2V (Single Operator 2 VFO). Ini merupakan trik tersendiri yang digunakan oleh tim guna memaksimalkan fitur yang ada pada N1MM untuk SO2V. Dan kebetulan Elecraft K3 termasuk salah satu pesawat yang disupport N1MM software dalam memaksimalkan fitur tersebut, mengingat pesawat ini memiliki 2 dial terpisah antara VFO A dan VFO B yang bisa bekerja secara independen sehingga proses Run dan S&P juga bisa dilakukan secara independen, namun tetap hanya akan ada 1 signal yang bisa ditransmisikan dalam waktu tertentu.

MO2V Window

Tampilan Log Window untuk Mode SO2V (Single Operator 2 VFO) jika diaktifkan di N1MM

Mengingat operasi SO2V hanya bisa memunculkan audio untuk salah satu VFO yang aktif (kecuali sub receiver ditambahkan untuk memunculkan audio pada VFO yang lain), aktifitas yang terjadi pada VFO yang lain selanjutnya akan dimonitor menggunakan Panadapter.

Spectrum Scope

Operasi Mengoptimalkan VFO A dan VFO B secara Bergantian dan Efektif

Terlihat bahwa pada gambar di atas, saat operator YE1K melakukan CQ (Posisi Run) pada VFO A (warna abu-abu), aktifitas station-station lain di luar CQ Frequency bisa diketahui dan di-scan menggunakan dial untuk VFO-B (warna biru). Hasil spotting assistance dari telnet memang bisa dimunculkan oleh N1MM via fitur bandmap bawaan, namun terkadang spotting yang muncul dari bandmap adalah spotting yang tidak audible oleh kita dan signal aktualnya pun juga tidak bisa diterima oleh RX antenna. Dengan bantuan panadapter, kita bisa mengetahu apakah pada frekuensi lain yang spotnya muncul, memang benar-benar terdapat aktual signal yang bisa diterima oleh antenna RX kita.

Sebagai ilustrasi berdasarkan contoh di atas adalah misalnya YE1K sedang melakukan CQ dengan interval agak panjang dan QRG di 1.825.390 MHz pada VFO A. Saat tidak ada station lain masuk, operator akan mencoba untuk scanning menggunakan VFO B yang dialnya terpisah tanpa mengganggu proses CQ pada VFO A. Jika terlihat spot dan signal pada frekuensi lain, operator tinggal mengarahkan VFO B pada frekuensi spot tersebut (dalam contoh adalah di 1.830.720 MHZ), menunggu pada saat yang tepat untuk masuk, dan jika benar-benar pada VFO A masih belum ada station yang masuk, operator pada spasi yang tepat bisa mencuri kesempatan untuk segera berpindah transmisi ke VFO B (Mode S&P) menggunakan hot key yang sudah di-assign di keyboard (Ctrl + Fn), maka log window akan berubah ke VFO B seketika dan kita bisa mendengarkan sejenak apakah memang spot yang muncul sesuai dengan tone yang terkirim. Jika sesuai, operator akan bisa bertukar report dengan station yang sedang CQ dan dispot pada 1.830.720 MHz (contoh di atas). Setelah pertukaran report selesai di VFO B, operator bisa kembali ke VFO A dengan sangat cepat pada CQ Frequency di awal dengan menekan hotkey dan segera log window akan berubah ke VFO A dan CQ bisa dilanjutkan lagi (Mode Run) secara tepat di frekuensi CQ awal 1.830.720 MHz. Begitu seterusnya.

Perpindahan atau proses switching dari transmisi ke VFO A – VFO B dan sebaliknya menggunakan hotkey bisa dilakukan sangat efisien dan “secepat tarikan nafas”. Sehingga kita bisa terus melakukan CQ, namun sambil melirik kanan dan kiri frekuensi CQ untuk melihat apakah ada station yang multipliernya tinggi bisa kita ambil dengan cara ini atau mungkin ada station lain yang belum kita log sedang melakukan CQ dan kita ambil. Selanjutnya setelah pertukaran report, kita bisa segera kembali ke frekuensi CQ awal kita dengan cepat. Dibutuhkan timing yang tepat untuk memutuskan apakah “pencurian” station di frekuensi lain harus dilakukan atau tidak. Saat kita sedang mengalami pile up di VFO A, tentunya kita tidak bisa mencuri kesempatan untuk S&P.

Cara dan operating style/mode seperti di atas tentunya tidak bisa dilakukan pada pesawat yang hanya memiliki 1 dial di mana VFO A dan VFO B digunakan secara bergantian.

Satu hal lagi, untuk memaksimalkan telinga dalam menerima semua panggilan masuk yang terkadang muncul tidak pada spasi yang tepat, aktifasi keying relay pada pesawat diposisikan pada QSK.

Seperti biasa, operator yang bertugas tidak pernah bekerja sendirian untuk CQ 160 ini, selalu ada co-operator yang menemani mengingat static noise (QRN) yang tinggi dengan interval tertentu, signal masuk yang terlalu kecil, fading (QSB) yang curam, ditambah interferensi dari station yang berdekatan (QRM) membuat terkadang signal yang masuk hanya memberikan penggalan-penggalan callsign yang mungkin terdengar sebagian pada operator yang bertugas, namun bagian lainnya terdengar oleh Co-Operator. (Di bawah ini adalah salah satu suasana kontes saat YD1DGZ dan YB1CF bertugas untuk menjadi operator)

Kolaborasi ini selalu terjaga dengan baik dan operator-operator CW dari Tim Bekasi mencoba mengambil manfaat dari kebiasaan tidak menggunakan CW Skimmer dalam kontes, karena telinga merekalah yang harus bekerja keras dan Tim Bekasi tidak pernah mengabaikan signal sekecil apapun yang masuk, meskipun untuk pertukaran report terkadang bisa sampai 10 menit karena kecilnya signal, sekali lagi telinga operatorlah yang akan memegang kendali, suatu hal yang tidak bisa dilakukan oleh CW Skimmer atau CW Decoder atau CW Reader, atau apapunlah pada kondisi “ekstrim” seperti ini. Yang dibutuhkan adalah kepekaan telinga, pengalaman dalam menterjemahkan signal tone yang lemah, dan terkadang juga sedikit keberuntungan 🙂

Hari pertama, total sebanyak 220 QSO diperoleh oleh YE1K, dan lucunya insiden yang sama yaitu kehabisan bensin pada genset sempat terjadi juga saat YD1JZ-Joz menjadi operator utama dan sedang menghadapi pile up, bedanya dengan kejadian sebelumnya adalah persediaan bensin cadangan sudah dipersiapkan dengan baik pada level stok yang lebih dari cukup, namun tetaplah jeda ini sempat membuat QSO Rate menjadi turun sejenak 🙂

QSO by hour

QSO Rate / Hour untuk YE1K

Pada diagram yang menampilkan QSO rate per jam di atas menunjukan bahwa kontribusi perolehan QSO memang significant pada malam pertama. Hari ke-2, kondisi propagasi agak lebih berat, dan hanya 80 QSO yang bisa ditambahkan pada log YE1K sehingga hanya diperoleh total QSO sebanyak 300 QSO untuk keseluruhan kontes CQ 160 Mode CW di tahun 2018 (belum memenuhi target QSO sebanyak 323 QSO), dan berimbas juga pada score akhir (claimed) yang berada di kisaran 146.000-an (jauh di bawah target score sebanyak 200.000).

Score Summary

Hasil Akhir Perolehan QSO

Tim YE1K tetap berbesar hati meskipun hasil akhir masih jauh di bawah target QSO atau target score, namun setidaknya selalu ada hal baru yang menjadi pembelajaran pada setiap kontes, dan yang lebih penting lagi lokasi alternatif telah ditemukan sebagai pengganti lokasi kontes 160m band selain di Gunung Malang. Ini tentunya akan bisa menjadi bahan evaluasi untuk peningkatan ke depannya baik dari sisi persiapan, mobilisasi, instalasi station, maupun operating style.

QSO by continent

Perolehan QSO berdasarkan Continent ( Tanpa Africa dan South America )

Dan yang paling menggembirakan tentunya adalah makin maraknya minat rekan-rekan dari YB Land untuk contesting di top band khususnya pada mode CW, dan juga maraknya club station dan contest station dari YB Land yang berpartisipasi. Tercatat selain YE1K terdapat YB0ZZE, YE2R, YB2M, YB3ZBD sebagai Multi-Op Station. Dan yang paling spektakuler juga terkait Multi-Op Station ini adalah semangat dan integritas yang kuat bagi sahabat-sahabat dari Kota Bandung dan Kabupaten Bogor yang masing-masing turun dengan stasiun organisasi YC1ZAZ dan YC1ZAR, karena baik IAR untuk Club Station maupun Contest Station yang mereka ajukan belum juga turun. Semangat dan keinginan kuat mereka untuk mengikuti kontes meski dengan menggunakan stasiun organisasi mengingatkan awal-awal kemunculan Embrio Tim Kontes Bekasi saat mulai berpartisipasi di dunia kontes dengan menggunakan stasiun organisasi. ( baca YE1ZAT…PADA SUATU PERJALANAN DAN PROSES PANJANG YANG TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI)

Harapannya semoga ke depan aktifitas contesting dari Multi-Operator Station khususnya pada mode CW bisa juga marak dan tumbuh pada station-station di luar Pulau Jawa. Ramalan bahwa CW adalah “suatu seni” yang mati terbukti salah 🙂

Terakhir, seluruh operator dan tim teknis YE1K mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak H. Anwar Musyadad, YD1FSL atas peminjaman fasilitasnya berikut support operasional selama kontes berlangsung
2. Bapak Odoy, YD1DHD atas support operasional selama persiapan dan mobilisasi peralatan
3. Bapak Wawan, atas support operasional selama proses instalasi dan dismantling antenna
4. Rekan-rekan dari ORARI Lokal Bekasi atas support moral yang diberikan

73_CQ1602018

Kiri ke Kanan Atas : YD1DOQ, Mita, YD1LUX – Bawah : YD1IUK, YB1EME, YD1JZ, YC1ME, YD1ARM, YB1NWP, YC1MR, YB1CF, YF1DO, YD1OLG

Semoga tradisi kerjasama tim yang bagus antara tim teknis dan operasi YE1K bisa terus dipertahankan pada level yang sama dan bahkan lebih baik.

 

 

English Version

DELAYED EXPECTATION ON CQ 160 CW – A SHORT STORY

One of the major thing that distinguished Bekasi Contest Team’s operation in CQ 160 Contest 2018 was related with the location where they were QRV. That was the first time this team operated from a new location other than Gunung Malang (Mount Malang) as they got used to it. Some considerations i.e. operational cost, permit flow related with government officers as well as other contributing factor such as noise level were taken for decision basis.

lokasi dari ketinggian

New Location Griya Siliwangi (GS)

 

December 23, 2017

As being part of their tradition, an advance survey was undertaken by a small team consisted of YB1EME-Budi, YB1NWP-Nyoman, YC1MR-Kasmuri, YF1DO-Danu, YD1DGZ-Hendar, and YD1IUK-Hendri to a new location at 1010 above MSL in Jonggol, with pointed coordinate Lat 6o38’04.01″ South   and  Long 107o02’03.92″ East.

Pemandangan

View during Survey

January 3, 2018

Resulted survey was discussed among team member held in YD1JZ-Joz’s QTH, attended by most of team member. Related topic discussed herein were as follows :

  • Presentation by YB1EME-Budi and YF1DO-Danu with regard to the survey
  • A discussion to screen if this new place would be more favorable other than previous one
  • Technical preparation required for the contest

The one that became most debatable topic during screening was obstacles they might have at this new location when taking operation from it. As being conveyed by Budi and Danu from their presentation, this location seemed to be promising in the perspective of noise level as compared to Gunung Malang, likewise the operation permit. However, Danu also ascertained that track condition to get to the peak of summit where the operation would take place, involving final track portion that not being paved and very difficult for ordinary car to pass through. Furthermore, it was extremely slippery when rain was expected. That was why the use of 4WD vehicle was strongly recommended. Even during survey, YB1EME experienced slip with his non 4WD SUV though fortunately he could make his car escaped eventually.

Other than that, power utility became primary concern since no electricity supply from grid except for lighting purpose, resulted in the use of portable genset was “a must” equipment needed to prepare for operational support.

Having discussed thoroughly of all aspects might be encountered, finally team agreed to have GS (acronym of Griya Siliwangi) a try as our new contest location. This in turn led the team to have consequences in relation with good preparation prior to operation, and must be prepared earlier including journey plan.

What about permit in using this new facility? This one was said as relatively simpler as compared to location in Gunung Malang. Griya Siliwangi (GS) belongs to one of member of ORARI Lokal Bekasi (an amateur radio organization at lower level based on district), YD1FSL – H. Anwar.

Therefore, soon after this discussion (a day later), YB1CF-Yoyon and YD1JZ-Joz spent their time to visit YD1FSL – H. Anwar to ask for permit in using the facility during CQ 160 Contest. As came to their expectation, H. Anwar was very welcome and responded by letting the team use the facility at no charge. This was an expression to show his great level of support to make the operation plan successful.

Referred to the past experience when YE1K had many hurdles with transceiver and linear amplifier in Gunung Malang, resulted in extended downtime just for repair and providing replacement equipment from Bekasi, this time team would not expect it to reoccur. Hence contingency plan was thought over all essential equipment for this contest.

Ones might think this technical preparation was too exaggerated to have such a plan for Multi-One Operation, however, the team had their own justification. Moreover, upon getting flash back to the bad experience they went through in 2017, everyone would understand the reason behind this. One thing needed to be pointed out, this new contest location was located in the countryside area very far from nearby city, thus having some backup will be a primary concern though.

Serious preparation made by this team was taken into account for target settlement of 323 QSO, a target that could not be satisfied in the previous operation from Gunung Malang (CQ 160 – CW 2017), and this team should keep working about to achieve the target.

January 24, 2018

At 13.00 local time, first group in 2 vehicles left Kasmuri’s QTH, consisted of 1 small truck with 1 passenger and a driver : YC1MR – Kasmuri and YD1OLG – Sutrisno while another vehicle carried 2 passengers and  a driver : YD1DGZ – Hendar, YD1DOQ – Oki, and YC1ME – Mawan. Some of indoor equipment required for contest gears were carried by this second vehicle.

Approximately 15.00 local time, second group with only 1 vehicle carrying 2 personnel YF1DO-Danu as driver and YB1CF-Yoyon at passenger seat departed Bekasi following the first group. This vehicle carried almost major portion of indoor equipment for contest gears, thus, leaving only 2 spaces for passenger (including driver).

After having some stops for resting (lunch, pray, and shopping logistic at the local market along the drive way), the first group arrived last village prior to driving uphill to the peak of summit, approximately within the next 3 km.

While waiting second group, this first group spent the time for resting and praying. Unfortunately, this group unexpectedly received bad news from 2nd group via radio communication (since cellular phone signal was out of coverage) that they took wrong path among mountain side road, this condition had led 2nd group to a dead end. YD1DOQ-Oki who was quite familiar with the area guided them via radio communication to reroute into the right way and finally 2nd group arrived at 20.00 safely.

After having dinner, this team set up a discussion to take the most difficult part of the last journey to the peak of summit. Remaining track they should take was only 3 km, however, none could tell that it was trouble free. Rainy situation on an off-road and uphill track would certainly introduce many troubles and uncertainty whether they would get through it or not. A little contact with experience guy with this track named Odoy via radio communication revealed there was no such a way of all vehicles would pass through, except our small truck with some considerations.

However, this team had came up with decision and insisted to go through. What a risky decision considering that no lighting along the track other than the ones provided by vehicle lamp resulted in lack of visibility, moreover under rainy situation that added another uncertainty factor.

Further, the “nightmare” had just came when the 1st vehicle in a row, the small truck carrying outdoor equipment got slipped just at the first climb on a steep slope of the track. Despite of the truck finally accomplished “crawling” uphill, it was such a little mental shock to 2nd vehicle just right behind. This worsened the situation while minutes thereafter, the 2nd one slipped even before that steep slope. Upon realizing that things would become worst and anticipating unexpected condition related with safety, YB1CF-Yoyon in 2nd car immediately instructed YC1ME-Mawan (who was driving 3rd vehicle) via radio for not moving forward and got back. It was too late, since the 3rd vehicle encountered similar problem. YB1CF-Yoyon and YD1DGZ-Hendar finally got off the cars and guided using flashlight until remaining vehicles escaped. What a very tough effort since this team was in no where location that a support could be expected. After parking the vehicles in the land belongs to a villager downhill, all personnel from 2nd and 3rd vehicles get off the cars with no expression, their mental were down. Not even thought about the contest, since they could not even “conquered” the last track leaving to destination.

A hope just came when a contact was received from small truck that already reached destination location. This small truck would pick up the team and bring a facility guard named Mr. Wawan to come along for support.

By the time this small truck picked them up and brought to destination location, all crews spent the time for resting to save energy since all these hurdles were just only beginning 🙂

January 25, 2018

Thursday morning, all crews woke up and should be ready to implement the next step of setting up TX Antenna. Material for antenna pole was previously agreed using 8 poles of bamboo in a way so that in the previous plan, would be constructed in following stacks 3-2-1 and leaving the other 2 for spare. Since pole materials were left in the village, rainy situation and track condition at the time would certainly make the track even worst as compared to situation in the night before, so that was too risky for our small truck to pick them up and bringing uphill. Rain completely stopped nearly lunch time. Facing this unfortunate situation, YB1CF-Yoyon suggested to take alternative rather than carrying bamboo materials from village, it was decided that emergency pole would be constructed from any excess materials they could find surrounding the GS Facility.

Finally this team found some excess channel steel bars and decided to use them as pole material instead. Certainly it would not be as longer extendable as original plan upon constructed, that ended up with only 12 meters long total, but this team had no better option and expecting what this emergency pole could do about. This team presumed that through proper placement of the pole at terrain edge toward the valley, taking consideration of the relief surrounding, it would introduce minimized ground losses due to proximity to the ground mainly at the desired direction from north-west to north-east.

This was just based on presumption and certainly needed to be validated through antenna modeling. It became best option among available alternatives remaining there and we would see then 🙂

After a while when pole was stacked up, additional assistance came when YD1JZ-Joz and YD1ORZ-Rizal arrived GS. This was a great help to expedite the installation until all the wires for dipole were strung and pruned for resonance and matched. Clear weather had allowed us to accomplish RX antenna installation with 2 beverages beaming to 300 deg and 15 deg at the same day.

Pruning Result.JPG

Final Pruning Result of 160m Dipole

 

January 26,  2018

Next, activities were focused on taking indoor equipment that left at the village. Fortunately, a support to make this happened just came about as expected, while Joz and Rizal left GS for the time being to Bekasi. This time Odoy came over with 4×4 support vehicle equipped with towing gear, thus, bringing all equipment on the small truck towed by this support vehicle became easier.

By the time station was completely setup, station testing was carried out by YC1ME-Mawan to see if there were still gaps might be encountered with current setup, started at 21.00 Local Time ( 14.00 UTC). It was found that lack of generator exciter output to meet load demand had resulted in consistently induced rattling noise inside the linear case of Emtron. It happened every time this linear was brought up to the level higher than 500 watts output. This was an evident that existing small portable genset could not meet the linear demand, in turn, overloaded the transformer inside and induced local rattling noise as consequence. While technical team led by Danu conducted troubleshoot as well as remedial plan, Mawan continued calling CQ by using backup linear Tokyo HyPower with lesser current drain and generating output power no higher than 500 watts. Resulted testing was 43 stations could be worked, consisted of 36 DX Stations and 7 Local Stations.

January 27 and 28,  2018

January 27, 2018 at 04.30 Local Time (or 26 January 2018 21.30 UTC), 30 minutes prior to contest started, when almost all personnel still had some rest, an unexpected situation had just occurred. There was always similar situation in every contest despite good planning, our portable genset run out of fuel that in turn interrupted power generation to the station. It was really funny when we almost prepared things at higher level of contingency, but missed one small essential thing … backup fuel.

In the dark situation, Mawan immediately woke up Yoyon and took him along to check around genset area. While Mawan looked for a small container (jerry can), Yoyon had an idea to take plastic tube and “stole” a little amount of fuel from Odoy’s Car Fuel Tank. He sucked the fuel with his mouth and immediately placed the tube end to small container provided by Mawan. Once siphon effect for the liquid could be established and maintained accordingly, they filled up the container at amount of 5 litres of fuel, not too much, but at least sufficient for supporting genset within the next 2 hours until propagation closed there. This team could work only 15 stations during 2 hours before we had unfavorable condition to continue the operation that morning 🙂

At the day, additional support came over when 2 vehicles carrying YD1JZ-Joz, YD1ORZ-Rizal, and YD1ARM-Aris in the first car, brought a voltage stabilizer to enable higher power operation with Emtron. Another car carried  3 personnel YB1EME-Budi, YB1NWP-Nyoman, and YD1IUK-Hendri.

Since then, Emtron was used as main linear amplifier with additional voltage stabilizer to prevent erratic spike change in voltage output while being loaded during higher power transmission. We could only loaded this up to 1 kW power output. Noise was still there, though, the level was lower as compared to operation without voltage stabilizer.

Operation During Contest

Equipment setup was undertaken by optimizing all available features on transceiver without disregarding protection system needed. Though K3 is equipped with separate TX and RX antenna port, and the RX port should have undergone high power test from factory, team just needed to satisfy protection level by placing Front End Protector on receiver input to prevent QRO signal overloading the receiver, just to add 2nd layer of protection anticipating worst case scenario against receiver input. This circuit basically comprised of diodes and GDT as heart of the components and acted as fusible circuit.

Additional hardware for IQ Panadapter was also utilized to display spectrum scope on the monitor, in a way so that when being combined with logging software features, it would be helpful to improve QSO rate.

Operation mode during contest was actually sort of SO2V (Single Operation 2 VFO) mode. This trick was chosen and intended to exploit all features provided by N1MM. Good thing that Elecraft K3 is one of the transceiver list being supported, considering this transceiver has 2 independent dials for operation of VFO A and VFO B.

Since only 1 audio output from active VFO in SO2V, then other activities from another VFO were monitored by means of panadapter.

Spectrum Scope

Monitoring and Operation of VFO A and B

Above picture showed that during YE1K run CQ on VFO A, activities outside cq frequency would be explored by taking advantage of signal spike and resulted spotting assistance from telnet. However, still, operator needed to listen and listen to ensure that spike signal, spot, and audible tone were corresponding one to another.

Having the operation of switching from VFO A and VFO B, vise versa, was accomplished by using assigned hotkey from keyboard. This method was helpful in sneaking a station (S&P) while conducting CQ (Run) at extended interval. Proper timing was needed to be paid for attention as well during employing this method. Certainly we would not sneak to pick up station on another VFO when having pile up on the CQ frequency.

As usual in this team tradition, operation on top band was not undertaken only by one operator. Normally we employed 2 operators to account for very small signal came in, QRN, QSB, and QRM. This was to ensure that missing part of a callsign that might not be captured by main operator, probably completed by co-operator for another missing part of callsign.

In Day-1, YE1K gained total of 220 QSOs. But self same and funny problem had occurred when YD1JZ-Joz operated the station. Problem with running out of genset fuel reoccurred :), the difference lied on the stock that we had. This time we had adequate stock in emergency container, so that total downtime could be minimized accordingly.

In Day-2, unfortunately we had to cope unfavorable band condition that only 80 additional QSOs could be added into the log. This team operation ended up with total gain of 300 QSOs..

Score Summary

End Result

Despite this achievement was still far below our target 323 QSOs, all crews were just fine. At least, we learned a lot of things and planned to improve all gaps for the next year operation.

Top 10 Countries

Top 10 Countries We Worked

It should be noted also some great things during the contest where many stations from YB land started to put their interest in top band operation, mainly on CW mode. We found that some club stations and contest stations had taken part i.e  YB0ZZE, YE2R, YB2M and YB3ZBD. It also brought us some delight to see great enthusiast of our ham fellow from Bandung and Kabupaten Bogor that signed as YC1ZAZ and YC1ZAR, also took part in this contest.

Relaxing.JPG

Relaxing Time – L-R : YB1EME, YC1ME, YD1DOQ, YC1MR, YD1IUK, Mita, YB1CF, YD1OLG, YF1DO, YD1JZ, YD1LUX, YD1ARM, YB1NWP, YD1DGZ

 

Next time, hopefully, there would be club or contest stations other than those from Java Island that interested in CW Contest.

Last but not least, all YE1K Crews (operators and technicians) would like to convey bunch of thanks to :

  1. H. Anwar Musyadad, YD1FSL for allowing us in using his property as well as great operation support during contest
  2. Odoy, YD1DHD for his operational support mainly during mobilization
  3. Wawan, for his support mainly during TX and RX antenna installation
  4. All ham fellow from ORARI Lokal Bekasi for all encouraging support and assistance for this team

We wish our best, this excellent team work will be maintained at least at the same level or even better next time.

 

73, YE1K

 

2 Responses to “ASA YANG MASIH TERTUNDA PADA CQ 160 CW 2018 – SEBUAH CERITA PENDEK”

  1. YE1K ..ijin share cerita oendeknya ke web orari..hatur nuhun

Leave a comment